Dinda, Ku Tunggu Kau Kembali
Cintaku indah seindah suara yang kau lantunkan dari bibir
merahmu, cintaku sejati bagaikan karang yang di hempas ombak, cintaku putih,
seputih berlian dan mutiara yang bersinar. Namun, cintaku hancur dan hilang
ketika dirimu berpaling menjauh.
Pagi itu, aku dipanggil temanku ke lapangan untuk olahraga
pagi, ia ingin aku juga ikut bersamanya, tetapi pada saat itu aku nggak tahu ia
mau ngapain… “risky, ayo kita pergi ke lapangan!” ajak feri, “iya tunggu dulu,
aku mau cuci muka dulu yah” balasku padanya dengan perasaan yang masih ngantuk.
“Baiklah tapi jangan pake lama yah”
“Ayo kita pergi,” ajak feri kepadaku. Kami pun berjalan
menuju lapangan dengan sedikit berlari hitung hitung keluarin keringat. Ketika
kami sampai di lapangan, ia mengajakku untuk bermain bola, “ayo risky kita
bermain!” ajak feri. “ah, aku nggak mau aku ingin melihat lihat saja!” kata ku.
Baiklah aku ingin pergi dulu yah.” Ujar Feri lalu berlari. Aku duduk di pinggir
lapangan, sambil melihat lihat orang yang sedang beraktivitas pagi itu.
Namun, tiba tiba aku melihat seseorang yang rasa rasanya aku
kenal, tetapi aku lupa namanya. Sehingga aku menghiraukannya. Dan tidak lama ia
mendatangiku dan berkata “hai reski kau udah lupa sama aku?” kata gadis itu.
“Kamu siapa?” Sambil berfikir “yah sekarang aku ingat kamu pasti N…n.. Nanda
kan, yang 3 tahun lalu pindah ke bandung?” kata ku yang sedikit bingung dan
heran. “ya, kau benar aku Nanda” katanya kepadaku. “Kapan kamu datang kesini?”
tanyaku kepadanya. Aku datang kesini sejak 3 hari yang lalu karena aku ingin
Menjenguk nenek ku yang sedang sakit.” balasnya kepada ku.
“Kamu banyak berubah yah, kamu sekarang lebih cantik!” kataku yang sedikit memuji. “ah bisa aja kamu.” kata Nanda kepadaku. “Tunggu dulu yah aku panggil Feri ia sedang main bola.” Kataku kepada Nanda. “Feri ayo kesini ada kejutan nih!” teriakku padanya. Ia pun lari menghampiriku “ada apa sih res, kayanya spesial banget!” katanya yang sedikit capek.. “lihat aja tuh siapa yang datang!” balas ku padanya.
“Nanda, apa kau Nanda?” Tanya nya kepada gadis itu. “yah ini aku, bagaimana kabar kamu ri?” Tanya nya kepada feri. “aku baik baik saja.” Jawab Feri dengan nafas yang masih ngos-ngosan. Lalu kami bertiga pun berbincang bincang hingga waktu udah sampai siang hari.
“Kamu banyak berubah yah, kamu sekarang lebih cantik!” kataku yang sedikit memuji. “ah bisa aja kamu.” kata Nanda kepadaku. “Tunggu dulu yah aku panggil Feri ia sedang main bola.” Kataku kepada Nanda. “Feri ayo kesini ada kejutan nih!” teriakku padanya. Ia pun lari menghampiriku “ada apa sih res, kayanya spesial banget!” katanya yang sedikit capek.. “lihat aja tuh siapa yang datang!” balas ku padanya.
“Nanda, apa kau Nanda?” Tanya nya kepada gadis itu. “yah ini aku, bagaimana kabar kamu ri?” Tanya nya kepada feri. “aku baik baik saja.” Jawab Feri dengan nafas yang masih ngos-ngosan. Lalu kami bertiga pun berbincang bincang hingga waktu udah sampai siang hari.
“hai kalian berdua, mau temenin aku nggak?” Tanya Nanda
kepada kami berdua. “kalau aku sih nggak bisa wa, karena ku mau pergi latihan
drum” jawab feri. “kalau kamu ris, mau temenin aku nggak?” Tanya Nanda
kepadaku. Aku menjawab bahwa aku mau mau saja. dan aku pun ditunggunya nanti
sore
Sore pun tiba, setelah mandipun dan merias diriku hingga rapi
aku pun pergi, tetapi ketika aku keluar rumah aku minta izin di ibu, ibu ku
terlihat heran melihatku sangat rapi. “kamu mau kemana ris, kayaknya rapi
banget tu?” Tanya ibu. “aku ingin nganterin Nanda ke toko bu.” Kataku kepada
ibu.
Setelah aku tiba di depan rumah Nanda, aku mengetok pintu dan
mengucapkan salam, lalu Ibu Nanda datang, “ada apa nak..? Cari siapa?” Tanya
Ibu Temanku itu. “Maaf Bu, Saya ingin bertemu Nanda, ia meminta saya untuk
menemaninya” Kataku dengan santai. “Oh, iya, tunggu yah nak!” Jawab Ibu Nanda.
Aku pun menunggu di depan rumah, dan, ketika Nanda keluar aku terkagum melihat
kecantikannya setelah ia berdandan, seolah dunia berhenti dan diriku hanya
terfokus pada seseorang, bagaikan bidadari yang jatuh dari surga. “mengapa kamu
ngeliatin aku gitu ris?” Tanya Nanda kepadaku. “e..e… enggak” jawabku sedikit
gugup. “yah sudah kalau begitu, ayo kita pergi karena aku udah nggak sabar buat
jalan jalan di kota ini lagi.” Jawabnya kepadaku.
Kami pun berjalan bersama… sampai sampai waktu sudah malam,
kami pun pulang ke rumah, kembali ke rumah mereka masing masing. Setelah mandi,
aku dipanggil ibu untuk makan, tapi aku tak mendengarnya, karena aku masih
membayangkan Nanda, ia sangat cantik, hingga sampai sampai membuat ingat terus
padanya. “Reski, ayo makan nanti makanannya habis.” Teriak ibu karena aku
sedang melamun. “iya bu.” Aku cepat cepat berlari ke dapur untuk makan. setelah
makan, aku hanya keluar di depan rumah untuk duduk santai di serambi rumahku
tercinta. Setelah itu aku masuk kamar, sambil berbaring, ingatanku hanya tertuju
pada satu fokus, terus membayangkan Nanda, “aku nggak habis pikir, Nanda dapat
berubah, ia sangat cantik, tak kalah dengan Cinderella. Apakah ia akan tinggal
disini, karena mungkin ayahnya sudah selesai untuk bekerja aku pikir aku
Menyukainya, tapi aku nggak berani ngengungkapinnya”. kataku dalam hati. Aku
pun tertidur, “Nanda, Nanda jangan tinggalkan aku, aku mohon jangan tinggalkan
aku.” Kataku yang sedang mengigau.
“Reski, bangun, kamu kenapa nak?” kata ibuku. Tetapi aku
masih saja mengigau dan akhirnya ibu pun menyiramku dengan air karena terpaksa.
Ketika aku sudah bangun, “ah… Ada apa ini, kok ada air!” kataku yang sedang
kaget dan kebasahan. “Kamu mengigau tetapi kau ibu bangunkan kau tak mau
bangun, yah sudahlah tidurlah kembali.” kata ibu, sambil pergi kembali ke
kamarnya. Keesokan harinya, aku pun pergi ke rumah Nanda, setelah aku sampai di
rumahnya, aku melihat Nanda sudah mau pulang kembali ke bandung. “Nanda, kau
mau kemana?” Tanya ku sedikit heran. “Aku ingin pulang ke bandung, karena ayah
ku masih bekerja. titip salam yah buat feri.” Kata Nanda.
“aku, aku, mau bicara sama kamu, ada persoalan penting yang
ingin ku katakan padamu!” kataku sedikit gugup. “ada apa, kok kamu gugup gitu,
santai aja kali.” Jawab Nanda dengan tenang. “sebenarnya, aku tidak berani
menyampaikan hal ini, tapi agar tak ada tertinggal aku mau jujur, sebenarnya
aku nyimpan perasaan ke kamu, aku ingin mengatakan aku suka sama kamu, mau
nggak kau jadi A..A… Adinda yang melabuhakan cintanya ke hatiku?” Tanyaku
sambil menghela nafas. “aku juga suka ama kamu, tapi buat pacaran, kayaknya aku
nggak bisa, kita jalani hidup aja dulu, kita masih perlu untuk menuntut ilmu.
Biarlah kita bersahabat saja, Namun aku bukannya menolak, aku akan setia untuk
menunggumu, menunggumu sebagai pelabuhan tempat cintaku kan kusandarkan”.
Balasnya padaku dengan sedikit raut wajah yang kecewa.
Hatiku merasa sedikit kecewa. Mobil yang akan di tumpangi
Nanda pun datang dan Nanda pun pergi, tetapi sebelum ia pergi ia memberiku
kalung yang bertuliskan NR. Aku merasa terhibur, walaupun hatiku sedikit
teriris perihnya kegalauan. “Aku akan tetap berusaha buat rebut hatinya Nanda.”
Kataku dalam hati dengan optimis. Aku sadar Nanda sahabatku, namun aku harus
berusaha, dia akan menunggu, dan aku akan berusaha untuk menjadi kanda dari
seorang dinda yang menjadikan hatiku sebagai persinggahannya kelak.” Kataku
dalam hati mencoba menyemangati diriku. Aku pun pulang dengan harapan yang
selalu ku pendam dalam qolbuku. “Dinda, Ku Tunggu Kau Kembali” Kataku di dalam hati.
Mungkin setiap rasa dalam hati adalah anugerah, tapi bukan
berarti cinta adalah segalanya, semua akan lebih baik jika kita lebih berfikir
dan memikirkan kedepan. Percayalah, tak akan ada cinta yang akan singgah bukan
pada tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar